Langsung ke konten utama

Tukang Cukur dan Manunggaling Kawula Gusti

 


            Niatnya mas Tofa mau gondrongin rambut yang udah agak memanjang kayak rumput itu, akhirnya ya ke tukang cukur kan buat ngerapiin calon rambut gondrong itu. Letaknya di kecamatan, sekitar tiga kilo meter dari rumah. Itu adalah tukang cukur yang lumayan terbaik lah di daerah ini. Pernah dua tahun yang lalu cukur di sana juga, dan itu udah dua tahun berlalu. Ya, walhasil muter-muter cari tempat itu sampai masuk ke tiga gang. Gak ketemu. Yaudahlah pasrah, ke tukang cukur mana aja yang penting bisa rapi itu rambut rumput. Pas arah selatan mau pulang, tanpa sengaja ngeliat ban kuning barat jalan, dan ingat kalau itu kode gang si tukang cukur. Alhamdulillah, muter-muter berakhir di tempat yang tepat dan dicari. Heak. Kayak jodoh kali ya, muter-muter dulu trus tanpa sengaja, udah pasrah gitu, ya akhirnya ketemu juga. :D Haahaha, Apa siiii.

Langsung cus cukyur, diriku duduk menemaninya di tempat duduk sambil memandangi sekeliling ruangan sempit itu. Ada foto seorang ulama bersurban yang embuh saya lupa namanya tapi ya gak asing.    Dari awal kita duduk, tukang cukur yang rambutnya gundul seperempat itu, yang tengahnya disisain rambut yang diikat, bodynya kayak body preman menurutku, dia langsung ngobrol-ngobrol seputar ketuhanan yang Maha Esa. Tentang manunggaling kawula gusti itu. Perihal ketidakberadaan kita di dunia ini. Sejatinya kan emang hanya Allah ya yang ada. Hanya Allah, kita fana.

Terbersit sebentar lagu senyumanmunya Noe Letto. Lagu yang menyiratkan pesan bahwa tak ada yang maujud di antara kita.

“Iya kan, kita sebenarnya gak ada ini...”

Aku dan mas Tofa yang ngangguk. Sambil guntingin rambut mas Tofa dia banyak berucap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kusebut Ia, Puisi

 1- Timbul tenggelam  Kadang dekat, kadang lupa pulang Tapi kau selalu setia, Menungguku datang. 2- Tanamlah aku, Sebagai manusia Yang berhak tumbuh Bersama usia Tanamlah aku, Sebagai Ibu Meski berlumur lumpur Doanya melesat menembus waktu Tanamlah aku, Sebagai warga Yang tak punya daya, Kecuali suara Kutanam diriku: Sebagai hamba yang tak punya apa Kecuali Dia. 3- Aku pulang,  Pada rumah bernama puisi Tempatku menemukan diri. 4- Pergi aku jauh, Seperti harapmu: mencari ilmu Selain koper dan ransel, Aku juga melipatmu rapi, dalam dada. Tapi rindu sering datang, membuatnya berantakan. Pergi aku jauh,  Kusangka ranselku berat  Oleh buku dan baju  Ternyata aku juga, Membawa berton-ton rindu yang kerap memberati langkahku. (Bandung yang dingin, di suatu Mei) 5- Enam menuju tujuh Cinta itu terus tumbuh Merona di kala dekat Rindu di kala jauh, Dan di dekatmu: waktu melesat seperti kilat Di jauh: ia terseok menempuh punggung hari, seperti rayap Enam menuju tujuh M...

Ranting

“Ranting”   Author : Fina Laila Ia hanya setangkai Ranting,   jangan digantungi harapan atau perasaan, nanti   bisa terluka dan patah...                                             Kepada : Yth. Sahabat saya,   seluruh manusia se- dunia. Hanya kau yang boleh menyakiti dirimu sendiri, tidak orang lain atau keadaan di luarmu. Maka barangkali keadaan tidak baik-baik saja, tapi pastikan hati dan jiwamu baik-baik saja. Ranting! Hei, perkenalkan, namaku Bianglala, bisa dipanggil Lala atau Bianglala. Asal jangan Biangkerok! Dan dia yang duduk di depanku saat ini adalah sahabat baruku. Namanya Semesta Ranting Mustofa. Sungguh! Katanya itu nama asli ya...

Kala Tubuh Minta Rehat

Catatan Hari Ini 📝✨ Semalam aku udah tekad banget buat nyelesain tugas presentasi genderku bakda subuh. Tapi naas! 🥲 Begitu bangun pagi tadi, kepala langsung puyeng bukan main. Kupakai koyok seperti biasa, terus kupaksa keluar cari angin dan sinar matahari sekalian beli lauk buat sarapan. Biasanya sih, kalau pusing palingan bentar doang, trus sembuh. Apalagi pagi ini ada Pak Lukman Saifuddin ngisi kuliah. Aku pikir, ya udah, rebahan sebentar, nanti juga kuat ikut kuliah beliau. Tapi ternyata, sampai balik ke kamar, pusing makin menjadi. Makan gak enak, mulut pahit banget. Kepala nyut-nyutan—kadang depan, kadang belakang, kanan-kiri pun ikut-ikutan. Nggilaaaaa 😵‍💫 Oke, fine. Aku butuh tidur. Mungkin siangan bisa kerjain tugas presentasi gendernya. Gak papa deh gak ikut kuliah Pak Lukman, yang penting cepat pulih dan bisa fokus. Pas temen-temen pada berangkat kuliah, Yaya—yang biasanya ogah-ogahan—malah ngajakin kuliah: “Miiiii, ayo kuliah, itu mbak-mbak udah berangkat.” “Aduh ...