Langsung ke konten utama

Deretan Nama Istri Nabi dan Ulama Perempuan dalam Bait Khususon

 


Sebagai warga NU, sudah lumrah sebelum memulai kegiatan atau belajar diawali dengan khususon. Khususon di sini sebenarnya adalah istilah dari sebuah ritual menyebutkan nama Nabi Muhammad, keluarga, sahabat, hingga nama-nama para waliyullah, guru-guru, orang tua dan sanak saudara, lalu diakhiri dengan pembacaan alfatihah. Kami mempercayainya sebagai bentuk mengambil keberkahan dari nama-nama yang disebut, serta mengirim pahala alfatihah itu kepada guru dan keluarga yang telah wafat.

Nah, isi khususon ini biasanya dipenuhi dengan deretan pada waliyullah yang berjenis laki-laki. Juarang sekali atau bahkan tidak pernah diriku mendengar khususon yang berisi nama wali perempuan, nama-nama istri Nabi atau ulama-ulama perempuan yang berpengaruh di bidang masing-masing.

Uniknya, hampir di setiap rangkaian seremonial dalam KUPI, menyebut nama-nama perempuan dalam rangkaian khususon. Mulai dari nama Sayyidah Khadijah,Sayyidah Fatimah dan nama2 perempuan panutan lainnya.

Lafad di bagian pembukaan seremoninya juga cantik dan unik: Alhamdulillahil ladzi khalaqana min nafsin wahidah wa Batstsa minha Rijalan wa nisa’a, afdholus Sholati wa taslim ‘ala sayyidina Muhammadin al-mab’utsi rahmatan lir rijal wan nisa’.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kusebut Ia, Puisi

 1- Timbul tenggelam  Kadang dekat, kadang lupa pulang Tapi kau selalu setia, Menungguku datang. 2- Tanamlah aku, Sebagai manusia Yang berhak tumbuh Bersama usia Tanamlah aku, Sebagai Ibu Meski berlumur lumpur Doanya melesat menembus waktu Tanamlah aku, Sebagai warga Yang tak punya daya, Kecuali suara Kutanam diriku: Sebagai hamba yang tak punya apa Kecuali Dia. 3- Aku pulang,  Pada rumah bernama puisi Tempatku menemukan diri. 4- Pergi aku jauh, Seperti harapmu: mencari ilmu Selain koper dan ransel, Aku juga melipatmu rapi, dalam dada. Tapi rindu sering datang, membuatnya berantakan. Pergi aku jauh,  Kusangka ranselku berat  Oleh buku dan baju  Ternyata aku juga, Membawa berton-ton rindu yang kerap memberati langkahku. (Bandung yang dingin, di suatu Mei) 5- Enam menuju tujuh Cinta itu terus tumbuh Merona di kala dekat Rindu di kala jauh, Dan di dekatmu: waktu melesat seperti kilat Di jauh: ia terseok menempuh punggung hari, seperti rayap Enam menuju tujuh M...

Ranting

“Ranting”   Author : Fina Laila Ia hanya setangkai Ranting,   jangan digantungi harapan atau perasaan, nanti   bisa terluka dan patah...                                             Kepada : Yth. Sahabat saya,   seluruh manusia se- dunia. Hanya kau yang boleh menyakiti dirimu sendiri, tidak orang lain atau keadaan di luarmu. Maka barangkali keadaan tidak baik-baik saja, tapi pastikan hati dan jiwamu baik-baik saja. Ranting! Hei, perkenalkan, namaku Bianglala, bisa dipanggil Lala atau Bianglala. Asal jangan Biangkerok! Dan dia yang duduk di depanku saat ini adalah sahabat baruku. Namanya Semesta Ranting Mustofa. Sungguh! Katanya itu nama asli ya...

Kala Tubuh Minta Rehat

Catatan Hari Ini 📝✨ Semalam aku udah tekad banget buat nyelesain tugas presentasi genderku bakda subuh. Tapi naas! 🥲 Begitu bangun pagi tadi, kepala langsung puyeng bukan main. Kupakai koyok seperti biasa, terus kupaksa keluar cari angin dan sinar matahari sekalian beli lauk buat sarapan. Biasanya sih, kalau pusing palingan bentar doang, trus sembuh. Apalagi pagi ini ada Pak Lukman Saifuddin ngisi kuliah. Aku pikir, ya udah, rebahan sebentar, nanti juga kuat ikut kuliah beliau. Tapi ternyata, sampai balik ke kamar, pusing makin menjadi. Makan gak enak, mulut pahit banget. Kepala nyut-nyutan—kadang depan, kadang belakang, kanan-kiri pun ikut-ikutan. Nggilaaaaa 😵‍💫 Oke, fine. Aku butuh tidur. Mungkin siangan bisa kerjain tugas presentasi gendernya. Gak papa deh gak ikut kuliah Pak Lukman, yang penting cepat pulih dan bisa fokus. Pas temen-temen pada berangkat kuliah, Yaya—yang biasanya ogah-ogahan—malah ngajakin kuliah: “Miiiii, ayo kuliah, itu mbak-mbak udah berangkat.” “Aduh ...