Tentang semalam, tentang bulan purnama, tentang makan bareng terakhir, tentang foto bareng, mengenang berbagai kisah, dan menertawakan sebuah perpisahan. Oi, ternyata ini adalah perpisahan. Ternyata kita benar-benar ada di penghujung. Duh tuan, tak sanggup ternyata.
Mereka telah lebih banyak memberi
warna yang indah di awal-awal tahun, di tengah tahun bahkan sampai sekarang
pun. Maka saya harus berterimakasih untuk segenap kebaikan yang telah mereka
ukir dalam hidup saya selama tiga tahun di sini. Betapa bahagianya saya
memiliki saudara-saudara hebat seperti mereka.
Oi, ternyata ini adalah perpisahan.
Dan rasanya tak sanggup membayangkan
sesaknya cerita dalam tiga tahun ini. Terimakasih musyrif yang telah membimbing
kami dan memberi banyak sekali warna.
“Terimakasih, dalam tiga tahun ini saya
banyak memiliki kenangan bersama kalian baik kenangan yang manis atau pun yang
kecut-kecut asem..” hahahaha, kata gus Kholil, memulai prakata.
“Saya minta maaf jika selama ini banyak
salah. Dan saya sadar pasti ada yang merasa tersakiti, tapi perlu kalian tahu,
saya bahagia kalau kalian tersakiti..” hahahaaha lagi. Brak!
“Kalian termasuk angkatan yang kompak ya.
Dan setelah ini saya bukan lagi musyrif kalian, maka hubungan selanjutnya
semoga bisa lebih enjoy lagi. Dan kalau ada yang sempat ke Kudus, ke menara
misalnya, silahkan calling-calling siapa tahu saya bisa bergabung”
“huuuuu, nanti dicuekin”
“Emang niatnya gitu” kata ust. Risqil
menimpali. Hahahaha, heboh.
Geger. Semalam, ramai. Bak ingin rasanya kembali ke tahun pertama#tamanni. J
Lalu dilanjutkan ke Anis Zayadi yang cukup
dengan satu kalimat : semoga lulus semua..
Dan ust. Wahid : “Maaf jika saya banyak
salah dan siapapun yang merasa digojlokin keterlaluan, saya minta maaf. Tahun
ini memang sepertinya akan banyak orang-orang yang berguguran. Gus Kholil, ra
Asror, Ust. Risqil dan saya sendiri. Tapi semoga kelak kita tetap bisa saling
mendoakan dan saling membantu. Tapi hidangan ini tetap tidak bisa merubah nilai
kalian, hanya bisa menambah berat badan saja..” hahahaha huuuuuuu...
“Ma’had Aly memang tidak bisa mengadakan
acara-acara perpisahan yang mellow, karena lebih dominan komedinya ntar...”
Hahaha, dan memang demikian. Merayakan
perpisahan dengan (berusaha) tertawa.
“Dan yang kita harapkan selama ini tentunya adalah husnul khotimah. Kalau Anis
yang diharapkan hanya Ummul Husna..”
Huauuahhhahahaa...Gubrak. ramailah gojlokan
semalam, tentang Anis Zayadi dan Ummul Husna.
“Baiklah, selanjutnya ini dia orang yang
selama ini kita tunggu-tunggu..”
Gus Kholil mengarahkan pada Ust. Risqil.
“Oleh karenanya, pulang duluan yok Lil..”
Kata Ust. Wahid disambut gelak tawa lagi.
Dasar! Ust. Risqil pun memulai sambutannya:
“maafkan saya jika selama ini keterlaluan
gojlokin kalian namun itu semua semata-mata agar saya bisa dekat dengan
kalian..”
“Huhuu...iya ustad..”
“dan kalau sudah dekat, maka saya bisa
lebih leluasa lagi buat gojlokin kalian”
“Hahahhahaa...”
“Dan minta maaf juga untuk orang-orang yang
punya julukan khusus dari saya. Semoga hubungan kita selama tiga tahun ini
bermanfaat di kemudian hari”
Lalu acara dilanjutan ke qori’ (yang
disampaikan oleh trio qori’ J)
trus salawatan bareng. Salawat thibb al-qulub, dua kali. Brak banget
lah, berguncang semalam, Cuma saya tahan dulu sampai para musyrif pulang.
“Sebelum diakhiri, mari kita renungkan dulu
sebuah lagu berikut ini..”
Lagu tentang perpisahan. Dan di
sanalah saya tak bisa menahan air mata, sedangkan dik Arin sudah sejak tadi
sembunyi di belakang saya, menangis.
Satu bait lagu yang sangat saya
ingat adalah : ternyata ini adalah perpisahan.
Huaaaa,, ditambah ngeliat ke teman-teman
yang mau recom. Gak tega! Gimana ntar pas rekoman, huhuhuhu. Ma’had Aly
benar-benar bikin candu.
“Sebenarnya saya punya kenangan dengan lagu
ini pas PPM tapi saya gak nangis. Justru ketawa..”
Kata gus Kholil berkomentar.
“Tapi akhir-akhirnya saya nangis juga
karena pas mau pulang ternyata sandal saya hilang..”
“hhahahhahahhuhuuuuuu”
Gubrak lagi. Benar-benar..
Yah, demikianlah cerita demi cerita mengalir..
“Tahu gak, kalau tadi pas pemutaran video,
gus Kholil itu nangis banget. Cuma gara-gara lampunya dimatikan makanya gak
ketahuan. Berkali-kali loh, beliau buka kaca matanya. Ust. Risqil juga pas
nunduk, ngusap air mata..”
Kata salah seorang teman saya didukung
teman-teman yang lain, setelah acara selesai. Gila!
Huaaaaaaaa Ma’had Alykuuuuuuuuuuuu... di
mana bisa dapat kolaborasi cerita yang indah sedemikian rupa seperti di sini?
Lalu teman-teman bernostalgia tentang ada’
di tahun pertama, dan semacamnya. Sedang saya memilih tidur-tiduran, menikmati
gelap di bawah bulan purnama di luar pagar, di atas tiang yang roboh, sambil
membayangkan tentang sebuah perpisahan; tahun ini saya akan banyak kehilangan
sosok terindah dalam hidup saya; guru-guru yang hebat, teman-teman yang gokil..
Tinggal kenangan;
Dan ternyata ini adalah perpisahan!
Komentar
Posting Komentar