KISAH NYATA; BOLEH DIBACA BOLEH TIDAK
Setelah melewati banyak drama, tentang empat belas jam di
bis yang bikin kesal wal sakit pinggang, ditambah KRL mati dan harus
panas-panasan ngebis siang hari di tengah Jakarta yang muacet, cari angkot
menuju Bogor dan gak dapet gegara full semua efek KRL mati, wal hasil nge-grab,
trus ngebis sampai Bogor, trus nge-grab lagi. Dan begitulaaah hingga akhirnya aku dan kedua temanku tiba juga di
lokasi. Tweng-tweng, Lokasi yang meragukan! Tidak ada tanda-tanda akan diadakan
acara spesial berskala nasional di sini. Tak ada tanda-tanda ada hotel mewah
dengan fasilitas bintang lima tempat biasa digelar kegiatan. Hanya ada banner yang
besarnya masih jauh lebih besar banner Foto Copy di belakangnya yang bertuliskan
selamat datang. Baiquelah pemirsa, mari buang pelan-pelan segala ekpektasi. No
something special!
Setelah itu, untuk mencapai lokasi, kami harus melewati
perumahan penduduk. Pas kita lewat, ada banyak orang yang nongkrong di depan
rumah mereka, walhasil kita jalan pelan-pelan, ngendep-ngendep sopan. Dan
sampaaaaaai! Setelah cekrak-cekrek depan asrama, masuklah kita ke kamar khusus
putri yang ternyata sedang mati lampu. Udah ada banyak peserta lainnya dengan
tempat mereka masing-masing. Tak ada tempat lagi buat kita bertiga, Hanya satu
kasur yang ada di pojok dekat pintu menuju kamar mandi. Gak cukup buat kita
bertigaaa! Ya Allah, gini amaaaat L Suasana udah nyaris
gelap, udah sore, mana mati lampu lagi. Trus tak tengok kamar mandinya cuma
satu dengan kondisi pintu yang rusak. Beneran santri banget! Emaaaaaaaakkkk.
Bener-bener kayak santri baru, pertama kali mondok! Di tanah asing, dan
orang-orang asing. It’s so different sama hotel grand savero pas lomba KTI
kemarin. Hiks.
Mana perut lapar. Di mana bisa dapat makan dalam kondisi seperti
ini. Akhirnya kita bertiga keluar mencari makan dan signal, sekalian nganterin
temen Jakarta nyari grab. Dia yang udah rela nganter kita jauh-jauh ke Bogor. Setelah
memastikan temen udah dapet grab, kita cari makan. Dan dapet! Nasi Padang
pinggir jalan. Alhamdulillaaaah. Mari makan dulu, dan lupakan masalah. Ini baru
hari pertama, dan entahlah bagaimana nasib hari-hari selanjutnya. Kita bungkus
nasi itu dan makan di lahan kosong pinggir jalan dengan pemandangan yang
lumayan indah. Di pertengahan kami makan, seorang laki-laki dengan membawa
koper, boncengan sepeda motor (barangkali itu gojek) turun menyapa kami.
“Mbak, tau lokasi yang diadakan Lakpesdam?”
Kami bertiga melongo, kasihan.
“Sampean peserta juga?”
“Iya..”
“Oh, sampean trus aja, nanti ada bannernya di kiri jalan”
Demikianlah, yang kemudian hamba tau makhluk itu bernama
kang Najim. Kita bertiga langsung ngegosip kasihan. Kasihan sekali, tampaknya
orang jauh, dari rupanya macam orang Aceh (karena ada banyak teman kami dari
Aceh di pesantren, jadi rada tau sama macam wajahnya), bawa koper pula
(sementara kita cuma bawa ransel). Intinya kasihan. Jauh-jauh ke acara ini,
dengan kondisi yang demikianlah. Kita lanjutkan makan, ketawa-ketawa, layak tak
ada masalah pa apa, hingga salawat maghrib berkumandang. Terpaksa kami balik ke
lokasi yang gelap gulita, karena nanti bakda maghrib acara pembukaan akan
digelar.
Pembukaan yang spesial! Mati lampu, dihadiri orang-orang
hebat, hanya diterangi cahaya lilin. Ah, So Sweet. Dan di pembukaan itu pertama
kali hamba tau kalau salawat yang biasa kudengar itu namanya salawat nahdliyyah.
Lepas salat isya, kami diajak berkumpul di ruangan terbuka. Acara perkenalan. Seru!
Beda! Kita yang gak saling kenal, harus mencari dua orang teman untuk berdiri
buat perkenalan. Memperkenalkan teman sekelompoknya, nama mereka, cita-cita dan
keinginan lanjutan untuk hasil kegiatan ini. Waktu itu, hamba sekelompok dengan
kk Fifi (dari Tebuireng) dan kk Baqi (dari Jakardeeeh). Dan semoga kau percaya;
pas kel. perkenalan, kel. Pak marzuki, kel. Buat video, kel. Pengorganasisasian
(semuanya bareng Fifi) untung aja gak se-almamater!
Sejak pembukaan itu; all is different. Mindsetku mendadak
berubah. Hatiku bungah. Jiwa merekah. Dan begitu begitulah.. amazing waw! Lupalah
segala resah di dada sejak tadi. Tentang
Gus Miftah yang unik, lucu nan bijak. Malam itu juga saya baru tau amalan untuk
mendinginkan kopi panas dan gimana caranya biar bisa jadi imam masjidil haram!
Kwkwkwk... ditambah, lepas pembukaan
itu; kamar dibagi dua. Jadi semua kebagian tempat. Kita bertiga memilih di
kamar baru, dan syukurnya pintu kamar mandinya gak rusak. Di kamar ini orang-orangnya always ngakak dan
suka gosip, apalagi gosipin orang Sunda yang bilangnya ropa’ bukan rofa’.
Kerennya; tidak hanya ngasih ilmu, di sini kita juga
diajari cara mengorganisir dengan baik bahkan dari diri kita sendiri. Semuanya
diserahkan pada kita! ibadah juga tetap dijaga, mulai dari mujahadah, tahajjud,
hingga jamaah.
1.
Kekeluargaannya kerasa banget. Kebersamaan. Makan bareng
dengan orang2 keren (meskipun beliau-beliau di atas, kita di bawah, tapi terus
tak pandengi wajah-wajah itu sambil tak solawatin)
2.
Keakraban dijalin di setiap kelompok,
3.
Kelompok video, yang kerja Cuma kk vivi dengan tulus dan
ikhlasnya, yang lain gosip2. Itulah asbabul wurudnya hayati baru tau
ngoperasiin quick.
4.
Yang gak bakal saya lupa juga pengalaman-pengalaman dan
sharing keren dari temen2 pas kultum subuh. Kk puput, kk ros, kk hilya, dan kk
ninis. Sesuatu yang tak pernah kita tau (sebagai makhluk yang hidup tanpa hp di
pesantren. Iki kek megang hp, lek bareng bojooo yoooo)
5.
Pemateri yang amazing wow!
6.
Hingga pembagian hadiah dan kesan pesan; maturnuwun
sanget buat semuanya kepala sekolah yang asik; pak Marzuki, gus Miftah yang
lucu bin keren, kk Ica yang cekatan (meski bilang akunya kecil bangettt gak
papa kak, yang penting udah ada yang punya) dan udah relain minjemin gunting, kak evi yang laten jawab pertanyaan2, dan
semuanya. Dan semuanya. Thank’s all!
7.
Sebagai peserta terjauh (perjalanan berangkat ditempuh 14
jam bis, dan pulang 23 jam bis)
8.
Perpisahan yang bikin mbrebes, ngalir sak
banyak-banyaknya; nangisi perpisahan, nangisi dosa kenapa baru kali ini tau NU
secara dalem sampek harus diikrar buat ngabdi di NU padahal ngaku-ngaku jadi
santrine yai Asad. Kebayang gimana perjuangan beliau buat NU. Mewek banget dah! Tapi habis nangis, ya tetep
nyolong jajanan yang di depan aula itu. Pas enak buanget. Asli. Tahu sumedang
blo!
Akhiroooooooooon... ini
adalah perjalanan teramazingku! Maturthinkyu all!! J
Komentar
Posting Komentar