Langsung ke konten utama

Cerita PPWK (Bogor, 2019)

 

 

KISAH NYATA; BOLEH DIBACA BOLEH TIDAK

Setelah melewati banyak drama, tentang empat belas jam di bis yang bikin kesal wal sakit pinggang, ditambah KRL mati dan harus panas-panasan ngebis siang hari di tengah Jakarta yang muacet, cari angkot menuju Bogor dan gak dapet gegara full semua efek KRL mati, wal hasil nge-grab, trus ngebis sampai Bogor, trus nge-grab lagi. Dan begitulaaah hingga  akhirnya aku dan kedua temanku tiba juga di lokasi. Tweng-tweng, Lokasi yang meragukan! Tidak ada tanda-tanda akan diadakan acara spesial berskala nasional di sini. Tak ada tanda-tanda ada hotel mewah dengan fasilitas bintang lima tempat biasa digelar kegiatan. Hanya ada banner yang besarnya masih jauh lebih besar banner Foto Copy di belakangnya yang bertuliskan selamat datang. Baiquelah pemirsa, mari buang pelan-pelan segala ekpektasi. No something special!

Setelah itu, untuk mencapai lokasi, kami harus melewati perumahan penduduk. Pas kita lewat, ada banyak orang yang nongkrong di depan rumah mereka, walhasil kita jalan pelan-pelan, ngendep-ngendep sopan. Dan sampaaaaaai! Setelah cekrak-cekrek depan asrama, masuklah kita ke kamar khusus putri yang ternyata sedang mati lampu. Udah ada banyak peserta lainnya dengan tempat mereka masing-masing. Tak ada tempat lagi buat kita bertiga, Hanya satu kasur yang ada di pojok dekat pintu menuju kamar mandi. Gak cukup buat kita bertigaaa! Ya Allah, gini amaaaat L Suasana udah nyaris gelap, udah sore, mana mati lampu lagi. Trus tak tengok kamar mandinya cuma satu dengan kondisi pintu yang rusak. Beneran santri banget! Emaaaaaaaakkkk. Bener-bener kayak santri baru, pertama kali mondok! Di tanah asing, dan orang-orang asing. It’s so different sama hotel grand savero pas lomba KTI kemarin. Hiks.

Mana perut lapar. Di mana bisa dapat makan dalam kondisi seperti ini. Akhirnya kita bertiga keluar mencari makan dan signal, sekalian nganterin temen Jakarta nyari grab. Dia yang udah rela nganter kita jauh-jauh ke Bogor. Setelah memastikan temen udah dapet grab, kita cari makan. Dan dapet! Nasi Padang pinggir jalan. Alhamdulillaaaah. Mari makan dulu, dan lupakan masalah. Ini baru hari pertama, dan entahlah bagaimana nasib hari-hari selanjutnya. Kita bungkus nasi itu dan makan di lahan kosong pinggir jalan dengan pemandangan yang lumayan indah. Di pertengahan kami makan, seorang laki-laki dengan membawa koper, boncengan sepeda motor (barangkali itu gojek) turun menyapa kami.

“Mbak, tau lokasi yang diadakan Lakpesdam?”

Kami bertiga melongo, kasihan.

“Sampean peserta juga?”

“Iya..”

“Oh, sampean trus aja, nanti ada bannernya di kiri jalan”

Demikianlah, yang kemudian hamba tau makhluk itu bernama kang Najim. Kita bertiga langsung ngegosip kasihan. Kasihan sekali, tampaknya orang jauh, dari rupanya macam orang Aceh (karena ada banyak teman kami dari Aceh di pesantren, jadi rada tau sama macam wajahnya), bawa koper pula (sementara kita cuma bawa ransel). Intinya kasihan. Jauh-jauh ke acara ini, dengan kondisi yang demikianlah. Kita lanjutkan makan, ketawa-ketawa, layak tak ada masalah pa apa, hingga salawat maghrib berkumandang. Terpaksa kami balik ke lokasi yang gelap gulita, karena nanti bakda maghrib acara pembukaan akan digelar. 

Pembukaan yang spesial! Mati lampu, dihadiri orang-orang hebat, hanya diterangi cahaya lilin. Ah, So Sweet. Dan di pembukaan itu pertama kali hamba tau kalau salawat yang biasa kudengar itu namanya salawat nahdliyyah. Lepas salat isya, kami diajak berkumpul di ruangan terbuka. Acara perkenalan. Seru! Beda! Kita yang gak saling kenal, harus mencari dua orang teman untuk berdiri buat perkenalan. Memperkenalkan teman sekelompoknya, nama mereka, cita-cita dan keinginan lanjutan untuk hasil kegiatan ini. Waktu itu, hamba sekelompok dengan kk Fifi (dari Tebuireng) dan kk Baqi (dari Jakardeeeh). Dan semoga kau percaya; pas kel. perkenalan, kel. Pak marzuki, kel. Buat video, kel. Pengorganasisasian (semuanya bareng Fifi) untung aja gak se-almamater!

Sejak pembukaan itu; all is different. Mindsetku mendadak berubah. Hatiku bungah. Jiwa merekah. Dan begitu begitulah.. amazing waw! Lupalah segala resah di dada sejak tadi.  Tentang Gus Miftah yang unik, lucu nan bijak. Malam itu juga saya baru tau amalan untuk mendinginkan kopi panas dan gimana caranya biar bisa jadi imam masjidil haram! Kwkwkwk...  ditambah, lepas pembukaan itu; kamar dibagi dua. Jadi semua kebagian tempat. Kita bertiga memilih di kamar baru, dan syukurnya pintu kamar mandinya gak rusak.  Di kamar ini orang-orangnya always ngakak dan suka gosip, apalagi gosipin orang Sunda yang bilangnya ropa’ bukan rofa’.

Kerennya; tidak hanya ngasih ilmu, di sini kita juga diajari cara mengorganisir dengan baik bahkan dari diri kita sendiri. Semuanya diserahkan pada kita! ibadah juga tetap dijaga, mulai dari mujahadah, tahajjud, hingga jamaah.

1.      Kekeluargaannya kerasa banget. Kebersamaan. Makan bareng dengan orang2 keren (meskipun beliau-beliau di atas, kita di bawah, tapi terus tak pandengi wajah-wajah itu sambil tak solawatin)

2.      Keakraban dijalin di setiap kelompok,

3.      Kelompok video, yang kerja Cuma kk vivi dengan tulus dan ikhlasnya, yang lain gosip2. Itulah asbabul wurudnya hayati baru tau ngoperasiin quick.

4.      Yang gak bakal saya lupa juga pengalaman-pengalaman dan sharing keren dari temen2 pas kultum subuh. Kk puput, kk ros, kk hilya, dan kk ninis. Sesuatu yang tak pernah kita tau (sebagai makhluk yang hidup tanpa hp di pesantren. Iki kek megang hp, lek bareng bojooo yoooo)

5.      Pemateri yang amazing wow!

6.      Hingga pembagian hadiah dan kesan pesan; maturnuwun sanget buat semuanya kepala sekolah yang asik; pak Marzuki, gus Miftah yang lucu bin keren, kk Ica yang cekatan (meski bilang akunya kecil bangettt gak papa kak, yang penting udah ada yang punya) dan udah relain minjemin gunting,  kak evi yang laten jawab pertanyaan2, dan semuanya. Dan semuanya. Thank’s all!

7.      Sebagai peserta terjauh (perjalanan berangkat ditempuh 14 jam bis, dan pulang 23 jam bis)

8.      Perpisahan yang bikin mbrebes, ngalir sak banyak-banyaknya; nangisi perpisahan, nangisi dosa kenapa baru kali ini tau NU secara dalem sampek harus diikrar buat ngabdi di NU padahal ngaku-ngaku jadi santrine yai Asad. Kebayang gimana perjuangan beliau buat NU.  Mewek banget dah! Tapi habis nangis, ya tetep nyolong jajanan yang di depan aula itu. Pas enak buanget. Asli. Tahu sumedang blo!

Akhiroooooooooon... ini adalah perjalanan teramazingku! Maturthinkyu all!! J

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kusebut Ia, Puisi

 1- Timbul tenggelam  Kadang dekat, kadang lupa pulang Tapi kau selalu setia, Menungguku datang. 2- Tanamlah aku, Sebagai manusia Yang berhak tumbuh Bersama usia Tanamlah aku, Sebagai Ibu Meski berlumur lumpur Doanya melesat menembus waktu Tanamlah aku, Sebagai warga Yang tak punya daya, Kecuali suara Kutanam diriku: Sebagai hamba yang tak punya apa Kecuali Dia. 3- Aku pulang,  Pada rumah bernama puisi Tempatku menemukan diri. 4- Pergi aku jauh, Seperti harapmu: mencari ilmu Selain koper dan ransel, Aku juga melipatmu rapi, dalam dada. Tapi rindu sering datang, membuatnya berantakan. Pergi aku jauh,  Kusangka ranselku berat  Oleh buku dan baju  Ternyata aku juga, Membawa berton-ton rindu yang kerap memberati langkahku. (Bandung yang dingin, di suatu Mei) 5- Enam menuju tujuh Cinta itu terus tumbuh Merona di kala dekat Rindu di kala jauh, Dan di dekatmu: waktu melesat seperti kilat Di jauh: ia terseok menempuh punggung hari, seperti rayap Enam menuju tujuh M...

Ranting

“Ranting”   Author : Fina Laila Ia hanya setangkai Ranting,   jangan digantungi harapan atau perasaan, nanti   bisa terluka dan patah...                                             Kepada : Yth. Sahabat saya,   seluruh manusia se- dunia. Hanya kau yang boleh menyakiti dirimu sendiri, tidak orang lain atau keadaan di luarmu. Maka barangkali keadaan tidak baik-baik saja, tapi pastikan hati dan jiwamu baik-baik saja. Ranting! Hei, perkenalkan, namaku Bianglala, bisa dipanggil Lala atau Bianglala. Asal jangan Biangkerok! Dan dia yang duduk di depanku saat ini adalah sahabat baruku. Namanya Semesta Ranting Mustofa. Sungguh! Katanya itu nama asli ya...

Kala Tubuh Minta Rehat

Catatan Hari Ini 📝✨ Semalam aku udah tekad banget buat nyelesain tugas presentasi genderku bakda subuh. Tapi naas! 🥲 Begitu bangun pagi tadi, kepala langsung puyeng bukan main. Kupakai koyok seperti biasa, terus kupaksa keluar cari angin dan sinar matahari sekalian beli lauk buat sarapan. Biasanya sih, kalau pusing palingan bentar doang, trus sembuh. Apalagi pagi ini ada Pak Lukman Saifuddin ngisi kuliah. Aku pikir, ya udah, rebahan sebentar, nanti juga kuat ikut kuliah beliau. Tapi ternyata, sampai balik ke kamar, pusing makin menjadi. Makan gak enak, mulut pahit banget. Kepala nyut-nyutan—kadang depan, kadang belakang, kanan-kiri pun ikut-ikutan. Nggilaaaaa 😵‍💫 Oke, fine. Aku butuh tidur. Mungkin siangan bisa kerjain tugas presentasi gendernya. Gak papa deh gak ikut kuliah Pak Lukman, yang penting cepat pulih dan bisa fokus. Pas temen-temen pada berangkat kuliah, Yaya—yang biasanya ogah-ogahan—malah ngajakin kuliah: “Miiiii, ayo kuliah, itu mbak-mbak udah berangkat.” “Aduh ...