Langsung ke konten utama

Kunjungiku, walau di mimpi

Aku insecure; karena tak pernah kau datangi aku dalam mimpi.

Sebegitu pekatkah diri untuk ajunan yang pelita? 

Sebegitu tak terlihatkah aku di antara lampu-lampu yang lebih terang menyala?

Dalam mahallul-mahallul qiyamku, aku mencarimu. Air mata yang terus menetas, mengharapmu. 

Sejak dulu, bertahun-tahun berlalu, dalam ketidak istikamahanku, dalam cinta dan rindu yang timbul tenggelam, dalam ibadah dan kemaksiatan yang beriringan,

Dan cerita-cerita mimpi mereka; terus membuatku insecure. 

Sebegitukah dunia mengisi hati, hingga tak ada tempat untukmu singgah.

Kucoba matangkan hari dengan dalail,

Mengisi seratus salawat bakda salatku,

Kubeli dan kubaca buku-buku tentangmu,

Kuikuti kegiatan, lomba, seminar tentangmu,

Kudengar nasihat; untuk selalu mencintaimu, hanya engkau, enyahlah selain engkau

Dan..


Terasa kerinduan hati yang bimbang

Dengarkanlah permintaan hati; yang teraniaya sunyi

Aku hilang, aku hilang...


Namun tak kunjung kau hadir;

Dalam mimpi. Meski sekedar mimpi. Meski sekilat cahaya. 

Sebegitu pekatkah aku, untukmu yang terlalu pelita? 

Dan Allahku terus berbisik, lembut..


Lewat apapun; ketika kau berhenti. Diam. Hingga tak ada suara selain suaraNya.

Ketika dunia terlalu berisik, riuh.

Ia berbisik, 

Rasai senja, embun, angin; diamlah..


"Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja

yang menemanimu sebelum cahaya

Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra

Yang kan membelaimu cinta"


Dia terus membisikiku


"Perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri,

Kuatkanlah hati cinta.."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kusebut Ia, Puisi

 1- Timbul tenggelam  Kadang dekat, kadang lupa pulang Tapi kau selalu setia, Menungguku datang. 2- Tanamlah aku, Sebagai manusia Yang berhak tumbuh Bersama usia Tanamlah aku, Sebagai Ibu Meski berlumur lumpur Doanya melesat menembus waktu Tanamlah aku, Sebagai warga Yang tak punya daya, Kecuali suara Kutanam diriku: Sebagai hamba yang tak punya apa Kecuali Dia. 3- Aku pulang,  Pada rumah bernama puisi Tempatku menemukan diri. 4- Pergi aku jauh, Seperti harapmu: mencari ilmu Selain koper dan ransel, Aku juga melipatmu rapi, dalam dada. Tapi rindu sering datang, membuatnya berantakan. Pergi aku jauh,  Kusangka ranselku berat  Oleh buku dan baju  Ternyata aku juga, Membawa berton-ton rindu yang kerap memberati langkahku. (Bandung yang dingin, di suatu Mei) 5- Enam menuju tujuh Cinta itu terus tumbuh Merona di kala dekat Rindu di kala jauh, Dan di dekatmu: waktu melesat seperti kilat Di jauh: ia terseok menempuh punggung hari, seperti rayap Enam menuju tujuh M...

Ranting

“Ranting”   Author : Fina Laila Ia hanya setangkai Ranting,   jangan digantungi harapan atau perasaan, nanti   bisa terluka dan patah...                                             Kepada : Yth. Sahabat saya,   seluruh manusia se- dunia. Hanya kau yang boleh menyakiti dirimu sendiri, tidak orang lain atau keadaan di luarmu. Maka barangkali keadaan tidak baik-baik saja, tapi pastikan hati dan jiwamu baik-baik saja. Ranting! Hei, perkenalkan, namaku Bianglala, bisa dipanggil Lala atau Bianglala. Asal jangan Biangkerok! Dan dia yang duduk di depanku saat ini adalah sahabat baruku. Namanya Semesta Ranting Mustofa. Sungguh! Katanya itu nama asli ya...

Kala Tubuh Minta Rehat

Catatan Hari Ini 📝✨ Semalam aku udah tekad banget buat nyelesain tugas presentasi genderku bakda subuh. Tapi naas! 🥲 Begitu bangun pagi tadi, kepala langsung puyeng bukan main. Kupakai koyok seperti biasa, terus kupaksa keluar cari angin dan sinar matahari sekalian beli lauk buat sarapan. Biasanya sih, kalau pusing palingan bentar doang, trus sembuh. Apalagi pagi ini ada Pak Lukman Saifuddin ngisi kuliah. Aku pikir, ya udah, rebahan sebentar, nanti juga kuat ikut kuliah beliau. Tapi ternyata, sampai balik ke kamar, pusing makin menjadi. Makan gak enak, mulut pahit banget. Kepala nyut-nyutan—kadang depan, kadang belakang, kanan-kiri pun ikut-ikutan. Nggilaaaaa 😵‍💫 Oke, fine. Aku butuh tidur. Mungkin siangan bisa kerjain tugas presentasi gendernya. Gak papa deh gak ikut kuliah Pak Lukman, yang penting cepat pulih dan bisa fokus. Pas temen-temen pada berangkat kuliah, Yaya—yang biasanya ogah-ogahan—malah ngajakin kuliah: “Miiiii, ayo kuliah, itu mbak-mbak udah berangkat.” “Aduh ...