Langsung ke konten utama

Perempuan dan Wanita; Manusia Ahli yang Siap Dididik

 


                   Dalam bahasa Sansekerta, kata perempuan diambil dari kata per-empu-an. Per memiliki arti makhluk, dan empu berarti mulia, tuan dan mahir. Dengan demikian perempuan bisa dimaknai sebagai makhluk yang memiliki kemuliaan atau kemampuan.[1] Kau pernah dengar nama Empu Gandring? Atau Empu prapanca? Keduanya adalah salah satu empu di Indonesia yang ahli dalam membuat keris. Dalam Kbbi sendiri, Empu bermakna orang yang sangat ahli (terutama di bidang keris).[2] Maka istilah perempuan memiliki kekuatan positif yang mengaurakan sosok perempuan sebagai manusia yang memiliki suatu keahlian, sebagaimana juga laki-laki.

            Sedangkan kata wanita, biasanya digunakan untuk perempuan yang sudah dewasa. Kalau dilihat dari akar kata dalam Bahasa Jawa, Wanita yaitu wani ditata. Harus berani ditata. Dalam hal ini wanita ditempatkan sebagai manusia yang harus berani ditata atau diatur.

            Bagi saya pribadi, dua-duanya memiliki kekuatan sendiri. Sebagai perempuan, saya percaya bahwa di setiap diri perempuan memiliki kemampuan. Sebagai manusia, perempuan baiknya mengeksplorasi sejauh mana kemampuan itu dan bisa menyebarkan manfaat ke orang lain dengan kemampuan yang ia miliki.

Sedangkan dalam makna perempuan sebagai wanita, sosok manusia satu ini ditantang menaklukkan egonya ketika di hadapan Tuhannya, orang tua, suami maupun guru. Ia siap dididik semaksimal mungkin, dengan pendidikan yang baik dan cara yang baik. Dirinya siap ditata semaksimal mungkin untuk menjadi manusia dengan nilai yang lebih tinggi. Kepribadiannya siap diasah, perasaannya siap dilatih, akalnya siap menerima asupan-asupan ilmu dan wawasan, karakternya siap ditata menjadi kepribadian yang berkarakter lebih baik. Pada intinya keseluruhan dirinya siap untuk ditata untuk menjadi manusia yang lebih baik. Karena manusia yang tidak berani ditata, tidak berani dididik, maka ia tetap akan berada dalam lubang keterbelakangan. Tidak ada kemajuan dalam dirinya, jika ia salah tak ada yang berani menegur, ketika ia awam/jahil tidak ada yang berani mengajari, ketika ia berkepribadian buruk tak ada yang berani mendidik karakternya untuk menjadi baik.

            Maka menjadi perempuan atau wanita berarti menjadi manusia yang memiliki kemampuan dan siap untuk ditata dan dididik sebaik-baiknya. Sebagaiman hal itu juga berlaku bagi laki-laki.   

 

                                               



[1] Wikipedia

[2] Kbbi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kusebut Ia, Puisi

 1- Timbul tenggelam  Kadang dekat, kadang lupa pulang Tapi kau selalu setia, Menungguku datang. 2- Tanamlah aku, Sebagai manusia Yang berhak tumbuh Bersama usia Tanamlah aku, Sebagai Ibu Meski berlumur lumpur Doanya melesat menembus waktu Tanamlah aku, Sebagai warga Yang tak punya daya, Kecuali suara Kutanam diriku: Sebagai hamba yang tak punya apa Kecuali Dia. 3- Aku pulang,  Pada rumah bernama puisi Tempatku menemukan diri. 4- Pergi aku jauh, Seperti harapmu: mencari ilmu Selain koper dan ransel, Aku juga melipatmu rapi, dalam dada. Tapi rindu sering datang, membuatnya berantakan. Pergi aku jauh,  Kusangka ranselku berat  Oleh buku dan baju  Ternyata aku juga, Membawa berton-ton rindu yang kerap memberati langkahku. (Bandung yang dingin, di suatu Mei) 5- Enam menuju tujuh Cinta itu terus tumbuh Merona di kala dekat Rindu di kala jauh, Dan di dekatmu: waktu melesat seperti kilat Di jauh: ia terseok menempuh punggung hari, seperti rayap Enam menuju tujuh M...

Ranting

“Ranting”   Author : Fina Laila Ia hanya setangkai Ranting,   jangan digantungi harapan atau perasaan, nanti   bisa terluka dan patah...                                             Kepada : Yth. Sahabat saya,   seluruh manusia se- dunia. Hanya kau yang boleh menyakiti dirimu sendiri, tidak orang lain atau keadaan di luarmu. Maka barangkali keadaan tidak baik-baik saja, tapi pastikan hati dan jiwamu baik-baik saja. Ranting! Hei, perkenalkan, namaku Bianglala, bisa dipanggil Lala atau Bianglala. Asal jangan Biangkerok! Dan dia yang duduk di depanku saat ini adalah sahabat baruku. Namanya Semesta Ranting Mustofa. Sungguh! Katanya itu nama asli ya...

Kala Tubuh Minta Rehat

Catatan Hari Ini 📝✨ Semalam aku udah tekad banget buat nyelesain tugas presentasi genderku bakda subuh. Tapi naas! 🥲 Begitu bangun pagi tadi, kepala langsung puyeng bukan main. Kupakai koyok seperti biasa, terus kupaksa keluar cari angin dan sinar matahari sekalian beli lauk buat sarapan. Biasanya sih, kalau pusing palingan bentar doang, trus sembuh. Apalagi pagi ini ada Pak Lukman Saifuddin ngisi kuliah. Aku pikir, ya udah, rebahan sebentar, nanti juga kuat ikut kuliah beliau. Tapi ternyata, sampai balik ke kamar, pusing makin menjadi. Makan gak enak, mulut pahit banget. Kepala nyut-nyutan—kadang depan, kadang belakang, kanan-kiri pun ikut-ikutan. Nggilaaaaa 😵‍💫 Oke, fine. Aku butuh tidur. Mungkin siangan bisa kerjain tugas presentasi gendernya. Gak papa deh gak ikut kuliah Pak Lukman, yang penting cepat pulih dan bisa fokus. Pas temen-temen pada berangkat kuliah, Yaya—yang biasanya ogah-ogahan—malah ngajakin kuliah: “Miiiii, ayo kuliah, itu mbak-mbak udah berangkat.” “Aduh ...