Langsung ke konten utama

The Dadakan Muslimah

Dia mendadak menjadi muslimah beneran. Semua dekstop di laptop atau di hp-nya ia sulap dengan kartun-kartun muslimah yang ia download dari internet. Sekarang ia jadi rajin ke musala, rajin baca al-Quran, rajin memutar tasbih, rajin ke madrasah dan semua hal ia benar-benar melakukannya dengan giat. Sambil lalu masih terlintas dalam benaknya..  

Perempuan itu, siapa? Kenapa dekat sekali dengan Yusuf? Namanya Zulaikha, kata teman-teman. Ah, apakah mereka berpacaran?

“Mereka pacaran? Sepertinya tidak mungkin, Anna. Kau tahu sendiri kak Yusuf itu laki-laki yang sangat menjaga diri. Barangkali mereka hanya teman biasa, atau di antara keduanya sudah ada komitmen untuk menikah..”

Ha? Komitmen? Menikah?

Seperti petir di siang bolong, dugaan itu berhasil meruntuhkan hatinya. Gaya berpakaian perempuan itu sama dengan yang ia lihat di foto-foto muslimah di internet: anggun, rapi dan aura wajahnya memancarkan kecerdasan dan kedewasaan. Ia memandang dirinya lama-lama di depan cermin :

beda sekali denganku: kecil, berantakan, dan gak ada anggun-anggunnya sama sekali..

Lalu dibongkarlah seluruh isi lemari bajunya. Tak ada satu pun baju panjang atau jubah yang ia koleksi. Semuanya serba potongan, baju selutut dan meksi yang beragam. Kerudung-kerudung yang ia punya juga tidak ada yang syar’i. Tak ada baju yang bisa menunjukkan keanggunannya sebagai muslimah. Hei, dia sudah berusia 21 tahun, sudah saatnya ia merubah seluruh model penampilannya.

Ah, kasihan sekali Anna..

Sejak hari itu, setelah ia melihat seorang perempuan bernama Zulaikha bertemu dengan Yusuf, hatinya benar-benar gelisah.

“Makanya Anna, jangan jatuh hati terlalu dalam. Laki-laki yang belum mengakad kita sangat belum tentu jodoh kita. Yang sudah akad saja bisa bercerai..”

“Hati-hati Anna, jaga hatimu. Laki-laki mudah sekali memikat hati seorang perempuan. Mereka tahu kekurangan seorang perempuan itu ada di hatinya. Kita mudah terpesona..”


(Tulisan bersambung, 2017)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kusebut Ia, Puisi

 1- Timbul tenggelam  Kadang dekat, kadang lupa pulang Tapi kau selalu setia, Menungguku datang. 2- Tanamlah aku, Sebagai manusia Yang berhak tumbuh Bersama usia Tanamlah aku, Sebagai Ibu Meski berlumur lumpur Doanya melesat menembus waktu Tanamlah aku, Sebagai warga Yang tak punya daya, Kecuali suara Kutanam diriku: Sebagai hamba yang tak punya apa Kecuali Dia. 3- Aku pulang,  Pada rumah bernama puisi Tempatku menemukan diri. 4- Pergi aku jauh, Seperti harapmu: mencari ilmu Selain koper dan ransel, Aku juga melipatmu rapi, dalam dada. Tapi rindu sering datang, membuatnya berantakan. Pergi aku jauh,  Kusangka ranselku berat  Oleh buku dan baju  Ternyata aku juga, Membawa berton-ton rindu yang kerap memberati langkahku. (Bandung yang dingin, di suatu Mei) 5- Enam menuju tujuh Cinta itu terus tumbuh Merona di kala dekat Rindu di kala jauh, Dan di dekatmu: waktu melesat seperti kilat Di jauh: ia terseok menempuh punggung hari, seperti rayap Enam menuju tujuh M...

Ranting

“Ranting”   Author : Fina Laila Ia hanya setangkai Ranting,   jangan digantungi harapan atau perasaan, nanti   bisa terluka dan patah...                                             Kepada : Yth. Sahabat saya,   seluruh manusia se- dunia. Hanya kau yang boleh menyakiti dirimu sendiri, tidak orang lain atau keadaan di luarmu. Maka barangkali keadaan tidak baik-baik saja, tapi pastikan hati dan jiwamu baik-baik saja. Ranting! Hei, perkenalkan, namaku Bianglala, bisa dipanggil Lala atau Bianglala. Asal jangan Biangkerok! Dan dia yang duduk di depanku saat ini adalah sahabat baruku. Namanya Semesta Ranting Mustofa. Sungguh! Katanya itu nama asli ya...

Kala Tubuh Minta Rehat

Catatan Hari Ini 📝✨ Semalam aku udah tekad banget buat nyelesain tugas presentasi genderku bakda subuh. Tapi naas! 🥲 Begitu bangun pagi tadi, kepala langsung puyeng bukan main. Kupakai koyok seperti biasa, terus kupaksa keluar cari angin dan sinar matahari sekalian beli lauk buat sarapan. Biasanya sih, kalau pusing palingan bentar doang, trus sembuh. Apalagi pagi ini ada Pak Lukman Saifuddin ngisi kuliah. Aku pikir, ya udah, rebahan sebentar, nanti juga kuat ikut kuliah beliau. Tapi ternyata, sampai balik ke kamar, pusing makin menjadi. Makan gak enak, mulut pahit banget. Kepala nyut-nyutan—kadang depan, kadang belakang, kanan-kiri pun ikut-ikutan. Nggilaaaaa 😵‍💫 Oke, fine. Aku butuh tidur. Mungkin siangan bisa kerjain tugas presentasi gendernya. Gak papa deh gak ikut kuliah Pak Lukman, yang penting cepat pulih dan bisa fokus. Pas temen-temen pada berangkat kuliah, Yaya—yang biasanya ogah-ogahan—malah ngajakin kuliah: “Miiiii, ayo kuliah, itu mbak-mbak udah berangkat.” “Aduh ...