Langsung ke konten utama

Kusebut Ia, Puisi

 1-


Timbul tenggelam 

Kadang dekat, kadang lupa pulang

Tapi kau selalu setia,



Menungguku datang.



2-


Tanamlah aku,

Sebagai manusia

Yang berhak tumbuh

Bersama usia


Tanamlah aku,

Sebagai Ibu

Meski berlumur lumpur

Doanya melesat menembus waktu


Tanamlah aku,

Sebagai warga

Yang tak punya daya,

Kecuali suara


Kutanam diriku:

Sebagai hamba

yang tak punya apa


Kecuali Dia.



3-


Aku pulang, 

Pada rumah bernama puisi


Tempatku menemukan diri.



4-


Pergi aku jauh,

Seperti harapmu: mencari ilmu


Selain koper dan ransel,

Aku juga melipatmu rapi, dalam dada.

Tapi rindu sering datang, membuatnya berantakan.


Pergi aku jauh, 

Kusangka ranselku berat 

Oleh buku dan baju 

Ternyata aku juga,

Membawa berton-ton rindu

yang kerap memberati langkahku.



(Bandung yang dingin, di suatu Mei)


5-


Enam menuju tujuh

Cinta itu terus tumbuh


Merona di kala dekat

Rindu di kala jauh,


Dan di dekatmu: waktu melesat seperti kilat

Di jauh: ia terseok menempuh punggung hari, seperti rayap


Enam menuju tujuh

Mengingatmu: aku tetap rindu


(Bandung kota romantis, tapi gak ada kamu di sini)


6-


Mekar hatiku

Setiap kali melahirkan 

Seorang puisi 


Karena mendung di hati, menemukan matahari

Dan setiap resah, dikeluarkan oleh kata


Mekar hariku, 

Setiap kali melahirkan

Seorang puisi 


Bahkan dalam kata ilmiah

Tetap kucari 

Rimbun aroma puisi 


7-


Pelajaran puisi tak kutemukan di bangku-bangku sekolah. Ia berserakan, di hati yang luka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ranting

“Ranting”   Author : Fina Laila Ia hanya setangkai Ranting,   jangan digantungi harapan atau perasaan, nanti   bisa terluka dan patah...                                             Kepada : Yth. Sahabat saya,   seluruh manusia se- dunia. Hanya kau yang boleh menyakiti dirimu sendiri, tidak orang lain atau keadaan di luarmu. Maka barangkali keadaan tidak baik-baik saja, tapi pastikan hati dan jiwamu baik-baik saja. Ranting! Hei, perkenalkan, namaku Bianglala, bisa dipanggil Lala atau Bianglala. Asal jangan Biangkerok! Dan dia yang duduk di depanku saat ini adalah sahabat baruku. Namanya Semesta Ranting Mustofa. Sungguh! Katanya itu nama asli ya...

Kala Tubuh Minta Rehat

Catatan Hari Ini 📝✨ Semalam aku udah tekad banget buat nyelesain tugas presentasi genderku bakda subuh. Tapi naas! 🥲 Begitu bangun pagi tadi, kepala langsung puyeng bukan main. Kupakai koyok seperti biasa, terus kupaksa keluar cari angin dan sinar matahari sekalian beli lauk buat sarapan. Biasanya sih, kalau pusing palingan bentar doang, trus sembuh. Apalagi pagi ini ada Pak Lukman Saifuddin ngisi kuliah. Aku pikir, ya udah, rebahan sebentar, nanti juga kuat ikut kuliah beliau. Tapi ternyata, sampai balik ke kamar, pusing makin menjadi. Makan gak enak, mulut pahit banget. Kepala nyut-nyutan—kadang depan, kadang belakang, kanan-kiri pun ikut-ikutan. Nggilaaaaa 😵‍💫 Oke, fine. Aku butuh tidur. Mungkin siangan bisa kerjain tugas presentasi gendernya. Gak papa deh gak ikut kuliah Pak Lukman, yang penting cepat pulih dan bisa fokus. Pas temen-temen pada berangkat kuliah, Yaya—yang biasanya ogah-ogahan—malah ngajakin kuliah: “Miiiii, ayo kuliah, itu mbak-mbak udah berangkat.” “Aduh ...