Langsung ke konten utama

Benarkah Sudah Moderat?

 

Wahai Fina Laila:

Apa ukuran moderat, dan siapa yang berhak mengklaim diri seseorang telah bersikap moderat?

Tanpa mengetahui keilmuan agama secara komprehensif, apa lantas landasan untuk bisa berada di titik Tengah?

Apakah moderat adalah yang “beragama” dengan ajaran agama yang sudah biasa beredar?

Apakah moderat adalah yang selalu “menyetujui” apapun di luar keyakinannya?

Apakah moderat adalah yang selalu melegalkan praktik “kemaksiatan muttafaq” dengan dasar toleransi?

Bagaimana bisa ada di titik tengah jika tidak pernah tau titik paling kanan dan paling kiri, apabila belum cukup wawasanmu tentang mana saja yang muttafaq dan mukhtalaf?

 

Wahai Fina Laila:

Apa kau sudah khatam semua macam perdebatan ulama

Apa kau sudah khatam kitab perbandingan ulama dan berbagai alasan mereka,

sampai mana pembacaanmu terhadap Mizan Kubro, sampai mana pemahamanmu terhadap Bidayatul Mujtahid?

Lalu apakah moderat adalah yang “bermazhab Syafii” dan tidak plin plan pindah mazhab?

Sedang perihal aturan memilih qaul hingga memilih mazhab masih saja diperdebatkan

 

Wahai Fina Laila:

Bagaimana tentang gelatin babi; taukah kamu kalau keharamannya bukan hal muttafaq, lalu bisakah mengklaim orang yang memakannya sebagai orang yang tidak moderat?

Bagaimana tentang nabidz; taukah kamu kalau keharamannya bukan hal muttafaq, lalu bisakah mengklaim orang yang meminumnya sebagai orang yang tidak moderat?

Bagaimana tentang mengucapkan selamat natal; taukah kamu kalau keharamannya bukan muttafaq, lalu bisakah mengklaim orang yang mengucapkannya sebagai orang yang tidak moderat?

Taukah kamu bahwa kemasukan air ke telinga ketika puasa itu bukan hal muttafaq, lalu bisakah mengklaim orang yang melanjutkan puasa meski kemasukan air di telinga sebagai orang yang tidak moderat?

Bagaimana tentang daging sapi yang dibeli di cole supermarket: taukah kamu kalau keharamannya bukan hal muttafaq, lalu bisakah mengklaim orang yang membelinya sebagai orang yang tidak moderat?

Bagaimana tentang penyembelihan tanpa baca basmalah: taukah kamu kalau hal itu bukan hal muttafaq, lalu bisakah mengklaim orang yang melakukan penyembelihan tanpa basmalah sebagai orang yang tidak moderat?


Apa standarisasi moderat?

Bagaimana bisa orang lain mengklaim orang lain sebagai orang yang tidak moderat?

Bagaimana bisa orang lain mengklaim dirinya sendiri sebagai orang yang moderat?


di pikiranku, Moderasi beragama terlalu general dan kompleks.

Aku pilih lari ke mimpi; barangkali ada banyak jawaban di sana, yang bisa kujumpai.

Lalu di suatu hari terbayang, kotaku tak lagi riuh oleh “halal-haram” mengucapkan selamat natal, atau tentang sembelihan orang yang beda agamanya, tak ada lagi saling klaim kamu begini saya begitu, kalau gak begini maka begitu, kalau gak ikut ini maka akan ke situ,

karena semua ajaran agama secara menyeluruh telah tersampaikan ke seluruh penduduk kota dengan baik.

 

Uhuy!

Wassalam.

 

 

Kota gabut, 25 Maret 2024

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kusebut Ia, Puisi

 1- Timbul tenggelam  Kadang dekat, kadang lupa pulang Tapi kau selalu setia, Menungguku datang. 2- Tanamlah aku, Sebagai manusia Yang berhak tumbuh Bersama usia Tanamlah aku, Sebagai Ibu Meski berlumur lumpur Doanya melesat menembus waktu Tanamlah aku, Sebagai warga Yang tak punya daya, Kecuali suara Kutanam diriku: Sebagai hamba yang tak punya apa Kecuali Dia. 3- Aku pulang,  Pada rumah bernama puisi Tempatku menemukan diri. 4- Pergi aku jauh, Seperti harapmu: mencari ilmu Selain koper dan ransel, Aku juga melipatmu rapi, dalam dada. Tapi rindu sering datang, membuatnya berantakan. Pergi aku jauh,  Kusangka ranselku berat  Oleh buku dan baju  Ternyata aku juga, Membawa berton-ton rindu yang kerap memberati langkahku. (Bandung yang dingin, di suatu Mei) 5- Enam menuju tujuh Cinta itu terus tumbuh Merona di kala dekat Rindu di kala jauh, Dan di dekatmu: waktu melesat seperti kilat Di jauh: ia terseok menempuh punggung hari, seperti rayap Enam menuju tujuh M...

Ranting

“Ranting”   Author : Fina Laila Ia hanya setangkai Ranting,   jangan digantungi harapan atau perasaan, nanti   bisa terluka dan patah...                                             Kepada : Yth. Sahabat saya,   seluruh manusia se- dunia. Hanya kau yang boleh menyakiti dirimu sendiri, tidak orang lain atau keadaan di luarmu. Maka barangkali keadaan tidak baik-baik saja, tapi pastikan hati dan jiwamu baik-baik saja. Ranting! Hei, perkenalkan, namaku Bianglala, bisa dipanggil Lala atau Bianglala. Asal jangan Biangkerok! Dan dia yang duduk di depanku saat ini adalah sahabat baruku. Namanya Semesta Ranting Mustofa. Sungguh! Katanya itu nama asli ya...

Kala Tubuh Minta Rehat

Catatan Hari Ini 📝✨ Semalam aku udah tekad banget buat nyelesain tugas presentasi genderku bakda subuh. Tapi naas! 🥲 Begitu bangun pagi tadi, kepala langsung puyeng bukan main. Kupakai koyok seperti biasa, terus kupaksa keluar cari angin dan sinar matahari sekalian beli lauk buat sarapan. Biasanya sih, kalau pusing palingan bentar doang, trus sembuh. Apalagi pagi ini ada Pak Lukman Saifuddin ngisi kuliah. Aku pikir, ya udah, rebahan sebentar, nanti juga kuat ikut kuliah beliau. Tapi ternyata, sampai balik ke kamar, pusing makin menjadi. Makan gak enak, mulut pahit banget. Kepala nyut-nyutan—kadang depan, kadang belakang, kanan-kiri pun ikut-ikutan. Nggilaaaaa 😵‍💫 Oke, fine. Aku butuh tidur. Mungkin siangan bisa kerjain tugas presentasi gendernya. Gak papa deh gak ikut kuliah Pak Lukman, yang penting cepat pulih dan bisa fokus. Pas temen-temen pada berangkat kuliah, Yaya—yang biasanya ogah-ogahan—malah ngajakin kuliah: “Miiiii, ayo kuliah, itu mbak-mbak udah berangkat.” “Aduh ...