Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Masa Terindah adalah hari ini, saat ini.

  “Apa masa terindah bagimu?” “Masa kanak-kanak. Cita-citaku dulu banyak, tapi semakin menginjak usia, ternyata yang kuinginkan adalah kembali ke masa kanak-kanak dulu. Itu sangat membahagiakan..” Ibu tertawa lalu tersenyum simpul. “Masa paling membahagiakan adalah saat ini, hari ini. Karena pada saat ini tak ada masa lalu, dan masa depan. Tak ada bayangan luka dan kecemasan. Di masa ini juga kita tau apa yang akan kita lakukan, untuk bahagia..”  

Wisuda Kekasih

  Aku melihatnya tampak tegar, di antara reramaian wisuda, hilir mudik orang-orang, sond system yang menggedor, dan paduan suara yang mulai berkumandang. Justru aku sebagai istri yang baper, melihat keadaannya saat ini. Predikatnya sebagai hafid terbaik telah dialihkan pada orang lain tanpa alasan yang jelas, dan di hari wisuda tahfidnya itu tak ada abah atau ibu yang datang menyaksikan. Abah, yang telah diundangnya beberapa hari yang lalu mendadak menggagalkan diri dengan alasan kedatangan tamu di rumah. Dan ia sengaja tidak mengundang Ibu: perempuan yang selama ini menjadi penyemangatnya selepas perceraian itu, perempuan yang menjadi tumpuan dan restu untuk segala arahnya, perempuan yang sangat ia cintai. Berkali-kali aku memintanya untuk datang dan memberikan undangan wisuda itu pada ibu, namun ia bersikeras enggan. “Aku malu, cinta. Beberapa kali aku datang ke rumah lelakinya itu dan meminta agar lelaki itu memutuskan hubungannya dengan ibu, justru ibu yang mengkhianatiku...

Pelangi yang Tumbuh di Kota Ini

  Aku pernah menceritakan padamu perihal pelangi yang setiap pagi melengkung di kota ini. Kejadian itu persis setelah kepergiannya beberapa hari yang lalu. Aku memang gadis pengkhayal, tapi aku sering menggunakan logikaku untuk hal-hal yang butuh dilogikakan. Maka aku jarang percaya pada mereka yang tak masuk akal; termasuk perihal hantu yang katanya sering gentayangan di perpustakaan kampus. Juga pelangi yang tumbuh setiap pagi di kota ini, padahal tak ada hujan yang datang, lagi pula ini masih juni, bulan yang menyimpan musim kering tak berhujan. Pelangi itu tak mengusik pikiranku, walau berhasil mengusik pikiran dan perasaan orang banyak. Hampir sebulan sudah, kota ini ditandangi pelangi. Hingga banyak orang luar kota datang kemari, dan menyebut kota kami sebagai kota warna-warni. Aku tak peduli, Rabeeca, jadwal kuliahku di semester enam ini menyibukkanku dari itu semua. Deadliane hafalan al-quranku juga harus tuntas sebelum semester ini berakhir. Kalau tak, ayahku tak akan me...