Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Pernahkah kita bertemu?

Pernahkah kita bertemu? Mungkin di hamparan nasi gulung, saat kita bersenggolan berebutan memungut nasi diatas satu gulungan mungkin juga saat barzanji setiap malam jum ’ at Kau duduk dan berdiri disampingku Menemani bacaan-bacaan barzanjiku Mengamini do ’ a-do ’ a bersama Mungkin juga Dalam sebuah antrian, kita berebutan membeli sebungkus nasi Kau koarkan jumlah harga nasi Aku tak kalah keras koarkan harga nasi Si penjual nasi itu, ikut berkoar kebingungan Kau menyenggolku, lalu kita tersenyum Atau mungkin Kita pernah bertemu dibangku-bangku madrasah , atau di perlombaan baca nadhom alfiyah Atau mungkin di bangku-bangku sekolah, dimusollah, atau dikantin tempat Kau dan aku juga mereka menyuap nasi Yah, mungkin saja Mungkin saja kita pernah bertemu, Sekarang kulihat kau gagah dan wibawa Mungkinkah ini saatnya kau petik barokah, Dari tanah kita, salafiyah? Ya. Mungkin saja.           ...

“Karma”

Pena : Fina laila Dia selalu mencoba menghilang, pergi dariku tanpa berkabar. Dan tak sampai 2 bulan, dia juga selalu kembali lagi. Mengunjungi rumahku, membawakan oleh-oleh, bercerita ini itu, bagai ia tak sadar bahwa kita sudah sama-sama dewasa, tak suka lagi aku mendengar cerita-cerita khayalannya. Tapi aku suka gaya dia bercerita, dia senang sekali mengiringi ceritanya dengan gerakan-gerakan tangan, dengan mata yang bolak dan suka meniru berbagai suara. Dia selalu tampak bak kembang sepatu disiram air hujan. Segar, indah, dan tak pernah kutemukan alamat duka dipedalaman matanya. Padahal, aku tau alasan kenapa dia selalu pergi tanpa kabar dan rajin pula bertandang tiba-tiba. “Ini dik Laras, wedang jahe dan singkongnya disantap dulu…” Ujar istriku, sambil meletakkan wejangan dihadapan kami berdua. Laras hanya tersenyum mengangguk dan sejenak menghentikan ceritanya. “Anaknya sudah berapa mbak?” “Alhamdulillah sudah dikaruniai 3, yang kemarin langsung lahir kembar” “...